Perjalanan keliling Aceh yang dilakukan tim Tour Becak Perdamaian disambut antusias oleh warga beberapa daerah yang disinggahi. Kegiatan tersebut dalam rangka "Refleksi 2 Tahun MoU Helsinki". Kini mereka sudah tiba kembali di Banda Aceh.
Tour Becak Perdamaian yang diikuti 30 peserta serta melibatkan 15 unit becak itu memulai start pada 15 Agustus lalu, saat peringatan dua tahun Mou Helsinki di Blang Padang Banda Aceh. Rombongan becak dilepas Gubernur Irwandi Yusuf.
Setelah menempuh perjalanan selama delapan hari, Rabu (23/8) petang, mereka kembali tiba di Banda Aceh. Ketua Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRA) M Nur Djuli menyambut mereka dengan jamuan makan malam bersama di Restoran Meuligoe Gubernur Aceh.
Dalam acara penyambutan serta pemberian sertifikat itu, sejumlah peserta menceritakan suka dukanya selama perjalanan. Termasuk harus melawan derasnya hujan dan dinginnya Kota Kabanjahe, Sumatera Utara ketika malam melintas kawasan itu.
"Di Sumatera Utara, romobongan becak ini disangka dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, sehingga mayarakat di sana meneriakkan "merdeka..., merdekaaa," cerita Muhajir, koordinator tim.
Sedangkan, peserta tertua Syamaun yang akrab dipanggil Ayah, turun berbagai cerita
selama dalam perjalanan. Apalagi medan yang dilalui juga cukup berat. Namun semua tantangan itu berhasil mereka lalu sehingga tiba kembali di Banda Aceh.
Sementara Ibrahim, peserta lainnya mengungkapkan dengan perjalan keliling Aceh yang mereka lakukan itu, dia banyak menangkap keharuan. Apalagi saat disambut dengan antusias oleh warga setempat. "Bahkan kami dipeusijuek juga," cerita dia.
Katanya, yang ingin disampaikan bukan hanya persoalan bagaiaman sambutan di setiap daerah. Tapi, lanjut Ibrahim dia ingin merasakan aura perdamaian yang membumi di tanah rencong. "Kalau damai, dengan becak pun, kita bisa keliling Aceh," tukasnya.
Lain lagi dengan Junaidi, peserta lainnya dari Jeumpa Mirah. Dia merasa kagum melihat keindahan alam di pelosok Serambi Mekah. Tapi dia sedikit prihatin melihat anak-anak sekolah di sebuah daerah di Subulussalam.
Disebutkannya, anak-anak tersebut bersekolah dengan apa adanya. "Lebih baik jika damai itu dari berbagai sisi," ungkap Junaidi. Sayangnya, dia tak ingat lagi, nama daerah yang membuat empatinya mencelat.
Ketua BRA, Nur Djuli ketika menyambut semua anggota tim Tour Becak Perdamaian yang kembali dengan selamat mengungkapkan rasa bangganya. "Perdamaian itu jangan dilihat sebatas salam-salaman dan berpelukan seperti yang terlihat di televisi," ujarnya.
Akan tetapi, sambung Djuli, perdamaian itu harus membumi di masyarakat lapisan bawah. "Perdamaian ini untuk rakyat kelas bawah, grass rood," katanya. Karena itu pelibatan abang becak dalam tour pedamaian ini, seakan menjadi "simbol" dari golongan yang dimaksud.
Kemudian, Faurizal Moechtar, Ketua Panitia "Refleksi 2 Tahun MoU Helsinki" kepada Waspada mengatakan tour perdamaian disambut antusia masyarakat yang cinta perdamaian. Apalagi, peserta tour juga mengusung atribut-atribut perdamaian untuk disuarakan seluruh Aceh.
24/08/07